Peringatan Allah Melalui Flu Burung
Allah yang menciptakan manusia dan alam
semesta. Allahlah yang paling tahu mana yang membahayakan manusia dan mana yang
bermanfaat. Maka Ia perintahkan manusia untuk makan yang baik-baik, dan Ia larang
pula manusia untuk makan yang kotor dan berbahaya.
Ketika babi dilarang untuk dimakan dan
dimanfaatkan, maka seyogyanya kita mengikuti seruan itu dengan perasaan ridho.
Karena setiap larangan pasti tersembunyi hikmah. Kadang kita tahu hikmah dari larangan
itu. Tetapi betapa banyak rahasia alam yang belum tersingkap oleh akal dan
pengetahuan manusia yang serba terbatas ini.
Dahulu orang menyangka bahwa yang
membahayakan pada diri babi adalah adanya cacing pita. Sekali lagi itu menurut
logika manusia. Oleh karena itu ada sebagian manusia yang mencoba menghilangkan
cacing pita tersebut dari tubuh babi. Maka kini babi diproses dan diolah secara
higienis dan modern, sehingga tidak terkontaminasi makhluk berbahaya semisal
cacing pita. Oleh karena itu banyak di antara manusia yang kemudian menyantap
daging babi tersebut dengan perasaan aman.
Kini mata manusia kembali terbuka lebar.
Perkembangan virus flu burung yang tiba-tiba menjadi ganas dan mematikan itu
telah menghebohkan dunia internasional. Korban berjatuhan di berbagai negara,
termasuk di Indonesia. Sebelumnya Cina, Thailan dan sejumlah negara Asia
lainnya telah mencatat adanya korban meninggal akibat virus misterius itu.
Virus yang sebelumnya diidentifikasi sebagai H5N1 atau avian influenza ini rupanya
sudah mengalami mutasi dan perubahan struktur genetik sehingga menjadi lebih
ganas dan mematikan.
Teka-teki perubahan tingkat keganasan virus
flu burung tersebut masih menjadi perdebatan di kalangan para peneliti. Apakah
perubahan itu akibat kondisi alam yang terus berubah, ataukah perubahan genetik
akibat vektor dari makhluk lain yang ditumpanginya? Hal yang sudah disepakati
sebagai sebuah fakta adalah bahwa virus flu burung itu menjadi ganas setelah ia
hidup dan berkembangbiak di tubuh babi!
Riset masih terus dikembangkan berbagai
kalangan untuk mengidentifikasi dan menemukan vaksin bagi virus flu burung
tersebut. World Health Organizartion (WHO), sebuah organisasi kesehatan dunia
di bawah naungan PBB bahkan telah membangun pusat riset flu burung di Hongkong.
Sejauh ini vaksin yang sangat diperlukan jutaan ternak dan manusia belum
berhasil ditemukan.
Keresahan masyarakat dunia menghadapi wabah
flu burung ini cukup beralasan. Selain memang sudah mendatangkan korban
meninggal, penyebaran virus tersebut ke daerah-daerah lain secara teoritis akan
bisa berlangsung dengan mudah. Berbeda dengan virus HIV yang menular melalui
hubungan seksual, suntikan atau transfusi darah, maka virus flu burung ini
dapat menyebar hanya melalui perantaraan udara. Jika virus itu sudah berkembang
dan menyebar, maka ia dapat mengenai siapa saja, baik yang memakan babi ataupun
bukan. Baik kepada yang bekerja di lingkungan peternakan maupun bukan. Kasus
korban meninggal dunia akibat flu burung di Tangerang, yaitu keluarga Wawan
Iswara, membuktikan hal itu. Jika demikian, kepada siapa lagi kita akan
berlindung dan memohon pertolongan?
Sebelum wabah dan virus itu menyebar tanpa
kendali, tindakan pencegahan dan pembasmian harus segera dilakukan. Pemerintah
harus bertindak tegas. Jika perlu binatang ternak yang sudah terbukti terserang
virus flu burung, sebaiknya segera dimusnahkan. Lebih baik mengorbankan yang
sedikit demi menyelamatkan yang lebih banyak lagi. Sebelum semua menjadi sangat
terlambat.
Belajar dari kasus flu burung ini,
sebaiknya kitapun sebagai sebuah masyarakat harus segera mawas diri. Bahwa yang
haram itu memang harus ditinggalkan, tanpa bertanya lebih lanjut mengapa
diharamkan. Allah telah memberikan sinyal dan peringatan dini kepada umat
manusia. Akankah kita segera sadar untuk kembali berbenah? Ataukah kita biarkan
saja peringatan dini itu berlalu tanpa arti? Jika demikian pilihan kita, maka
bersiap-siaplah menerima azab yang lebih berat lagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar