Senin, 12 Maret 2012

Babi Penyebab Flu Burung Menjadi Ganas


Babi Penyebab Flu Burung Menjadi Ganas

Hari-hari ini perhatian masyarakat tersedot kepada wabah flu burung yang mengganas lagi di beberapa daerah. Kasus ini semakin memanas ketika Iwan Siswara, seorang warga Tangerang, beserta dua orang anaknya meninggal dunia akibat virus flu burung. Kepastian penyebab kematian itu diketahui melalui hasil analisa laboratorium rujukan WHO di Hongkong. Kematian tersebut merupakan korban meninggal pertama akibat flu burung di Indonesia.

Sebelumnya kasus flu burung pernah menyerang beberapa peternakan ayam di Jawa dan Sulawesi. Sudah banyak ternak unggas dimusnahkan untuk mencegah penyebaran virus itu. Sejauh ini memang belum diketahui adanya korban jatuh pada manusia akibat flu burung tersebut, sampai terjadilah kasus yang menimpa keluarga Iwan Siswara. Mengapa flu burung yang sudah cukup lama dikenal itu tiba-tiba memakan korban?

Faktor Babi
Kasus serupa sebenarnya sudah terjadi di beberapa negara lain, seperti Thailand dan Cina. Pada awalnya flu burung yang menyerang ternak unggas itu memang tidak membahayakan jiwa manusia. Namun ketika virus tersebut masuk dan menyerang babi, maka ceritanya menjadi lain. Virus itu kemudian berubah ganas dan menyerang manusia hingga memakan korban.

Babi memang sudah ditakdirkan menjadi binatang yang unik dalam kehidupan ini. Struktur gennya sangat antik dan mampu beradaptasi mulai dengan makhluk paling sederhana, seperti virus, hingga makhluk paling tinggi, yaitu manusia. Ia dapat menggantikan jantung manusia untuk keperluan transplantasi. Hewan atau makhluk hidup lain tidak ada yang bisa bertahan dan mampu menggantikan organ manusia. Hanya babilah yang hingga kini diakui mampu menggantikan organ manusia tersebut.

Di saat yang sama babi bisa menjadi vektor bagi virus, makhluk hidup yang paling sederhana, untuk bermutasi dan mengalami perubahan gen, sehingga menjadi lebih ganas dan berbahaya. Virus influensa sebenarnya sangat banyak jenisnya di dunia ini. Makhluk tersebut senantiasa mengalami perubahan genetik dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dapat terjadi secara alami, akibat rekayasa manusia, maupun perubahan karena adanya faktor luar. Aspek yang ketiga inilah yang biasanya terjadi dan memunculkan jenis-jenis virus baru secara cepat.

Pada awalnya flu tidak terlalu berbahaya bagi manusia. Ia hanya menimbulkan gejala demam, batuk dan pilek. Dalam beberapa hari siklus hidup virus itu akan berakhir dan gejala-gejala yang timbul tersebut akan berhenti. Namun virus flu tersebut kemudian mengalami perubahan genetik menjadi jenis-jenis baru yang lebih kuat. Oleh karena itu maka muncullah flu Singapura, flu burung, flu Jerman dan sebagainya.

Kini dengan perantaraan babi sebagai vektor, flu burung tersebut menjadi lebih ganas lagi. Jika virus ganas tersebut dibiarkan menyebar, maka korban-korban berikutnya akan segera berjatuhan. Virus sangat mudah menyebar ke segenap penjuru melalui angin dan udara yang kita hirup. Apa jadinya jika virus tersebut lebih ganas dari biasanya?

Saatnya Menjauhi Babi
Babi merupakan binatang yang secara eksplisit dilarang dalam Al Quran. Ia juga diharamkan oleh agama-agama lain, seperti Yahudi. Ketika Pencipta alam semesta ini melarang sesuatu, pasti Dia mengetahui bahaya yang bisa ditimbulkan oleh sesuatu itu. Dia maha Mengetahu dan maha Penyayang. Hanya manusialah yang sering mencoba-coba berbuat nekat dengan mendekati larangan-laranganNya.

Dulu manusia takut kepada daging babi karena adanya cacing pita. Kini dengan teknologi modern cacing itu telah dapat dihilangkan. Tetapi rupanya bukan karena cacing pita babi diharamkan. Ia memang najis dan haram, yang kita tidak boleh memakannya, bahkan menyentuhnya. Boleh-boleh saja dikatakan bahwa babi itu enak. Tetapi mudhorotnya pasti jauh lebih banyak dari manfaatnya.

Kini mata kita kembali terbuka. Kasus flu burung adalah peringatan bagi kita semua untuk menunjukkan kebenaran ajaran Allah. Kasus ini tidak main-main. Jika penyebaran virus ganas itu tidak bisa dikendalikan, maka flu burung bisa menjadi penyakit mematikan yang siap menerkam siapa saja, baik yang memakan babi maupun tidak. Iwan Iswara adalah bukan pemakan babi. Namun ia bisa terkena penyakit itu.

Dalam sebuah masyarakat, ibaratnya kita hidup di dalam sebuah perahu. Ketika salah seorang melobangi dasar perahu dan yang lain membiarkannya, maka bukan saja yang melakukan yang akan tenggelam, tetapi kita semua akan ikut merasakannya. Jika virus flu burung yang berkembang melalui babi itu dibiarkan menyebar, maka bukan hanya peternak babi dan pemakannya saja yang akan menanggung resikonya, tetapi kita semua! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar