Babi Penyebab Flu Burung Menjadi Ganas
Hari-hari ini perhatian masyarakat tersedot
kepada wabah flu burung yang mengganas lagi di beberapa daerah. Kasus ini
semakin memanas ketika Iwan Siswara, seorang warga Tangerang, beserta dua orang
anaknya meninggal dunia akibat virus flu burung. Kepastian penyebab kematian
itu diketahui melalui hasil analisa laboratorium rujukan WHO di Hongkong.
Kematian tersebut merupakan korban meninggal pertama akibat flu burung di
Indonesia.
Sebelumnya kasus flu burung pernah
menyerang beberapa peternakan ayam di Jawa dan Sulawesi. Sudah banyak ternak
unggas dimusnahkan untuk mencegah penyebaran virus itu. Sejauh ini memang belum
diketahui adanya korban jatuh pada manusia akibat flu burung tersebut, sampai
terjadilah kasus yang menimpa keluarga Iwan Siswara. Mengapa flu burung yang
sudah cukup lama dikenal itu tiba-tiba memakan korban?
Faktor Babi
Kasus serupa sebenarnya sudah terjadi di
beberapa negara lain, seperti Thailand dan Cina. Pada awalnya flu burung yang
menyerang ternak unggas itu memang tidak membahayakan jiwa manusia. Namun
ketika virus tersebut masuk dan menyerang babi, maka ceritanya menjadi lain.
Virus itu kemudian berubah ganas dan menyerang manusia hingga memakan korban.
Babi memang sudah ditakdirkan menjadi
binatang yang unik dalam kehidupan ini. Struktur gennya sangat antik dan mampu
beradaptasi mulai dengan makhluk paling sederhana, seperti virus, hingga
makhluk paling tinggi, yaitu manusia. Ia dapat menggantikan jantung manusia
untuk keperluan transplantasi. Hewan atau makhluk hidup lain tidak ada yang
bisa bertahan dan mampu menggantikan organ manusia. Hanya babilah yang hingga
kini diakui mampu menggantikan organ manusia tersebut.
Di saat yang sama babi bisa menjadi vektor
bagi virus, makhluk hidup yang paling sederhana, untuk bermutasi dan mengalami
perubahan gen, sehingga menjadi lebih ganas dan berbahaya. Virus influensa
sebenarnya sangat banyak jenisnya di dunia ini. Makhluk tersebut senantiasa
mengalami perubahan genetik dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dapat
terjadi secara alami, akibat rekayasa manusia, maupun perubahan karena adanya
faktor luar. Aspek yang ketiga inilah yang biasanya terjadi dan memunculkan
jenis-jenis virus baru secara cepat.
Pada awalnya flu tidak terlalu berbahaya
bagi manusia. Ia hanya menimbulkan gejala demam, batuk dan pilek. Dalam
beberapa hari siklus hidup virus itu akan berakhir dan gejala-gejala yang
timbul tersebut akan berhenti. Namun virus flu tersebut kemudian mengalami
perubahan genetik menjadi jenis-jenis baru yang lebih kuat. Oleh karena itu
maka muncullah flu Singapura, flu burung, flu Jerman dan sebagainya.
Kini dengan perantaraan babi sebagai
vektor, flu burung tersebut menjadi lebih ganas lagi. Jika virus ganas tersebut
dibiarkan menyebar, maka korban-korban berikutnya akan segera berjatuhan. Virus
sangat mudah menyebar ke segenap penjuru melalui angin dan udara yang kita
hirup. Apa jadinya jika virus tersebut lebih ganas dari biasanya?
Saatnya Menjauhi Babi
Babi merupakan binatang yang secara
eksplisit dilarang dalam Al Quran. Ia juga diharamkan oleh agama-agama lain,
seperti Yahudi. Ketika Pencipta alam semesta ini melarang sesuatu, pasti Dia
mengetahui bahaya yang bisa ditimbulkan oleh sesuatu itu. Dia maha Mengetahu
dan maha Penyayang. Hanya manusialah yang sering mencoba-coba berbuat nekat
dengan mendekati larangan-laranganNya.
Dulu manusia takut kepada daging babi
karena adanya cacing pita. Kini dengan teknologi modern cacing itu telah dapat
dihilangkan. Tetapi rupanya bukan karena cacing pita babi diharamkan. Ia memang
najis dan haram, yang kita tidak boleh memakannya, bahkan menyentuhnya.
Boleh-boleh saja dikatakan bahwa babi itu enak. Tetapi mudhorotnya pasti jauh
lebih banyak dari manfaatnya.
Kini mata kita kembali terbuka. Kasus flu
burung adalah peringatan bagi kita semua untuk menunjukkan kebenaran ajaran
Allah. Kasus ini tidak main-main. Jika penyebaran virus ganas itu tidak bisa
dikendalikan, maka flu burung bisa menjadi penyakit mematikan yang siap
menerkam siapa saja, baik yang memakan babi maupun tidak. Iwan Iswara adalah
bukan pemakan babi. Namun ia bisa terkena penyakit itu.
Dalam sebuah masyarakat, ibaratnya kita
hidup di dalam sebuah perahu. Ketika salah seorang melobangi dasar perahu dan
yang lain membiarkannya, maka bukan saja yang melakukan yang akan tenggelam,
tetapi kita semua akan ikut merasakannya. Jika virus flu burung yang berkembang
melalui babi itu dibiarkan menyebar, maka bukan hanya peternak babi dan
pemakannya saja yang akan menanggung resikonya, tetapi kita semua!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar